• Rabu, 27 September 2023

Membongkar Rahasia Mitos Dracula

- Rabu, 11 Januari 2023 | 09:18 WIB
Kastil
Kastil

Oleh: Shafwa Elmedina Bahtiar
Santri Pesantren At-Taqwa Depok
 
Siapa yang tidak tahu Dracula? sosok hantu dari Barat ini sudah sangat populer diketahui banyak kalangan terutama anak muda yang gemar menonton film horor. Dracula dikenal dengan “vampir penghisap darah manusia”. Ia akan bergentayangan di malam hari dan semakin buas di malam bulan purnama. Wujudnya akan berubah bentuk menjadi serigala, kelelawar, anjing sebagai bentuk penyamaran. Jika di siang hari, ia akan tertidur di dalam peti mati.

Selama ini yang banyak kita ketahui Dracula hanyalah mitos. Namun dibalik mitos tersebut, tersimpan sejarah kelam yang disembunyikan selama 500 tahun. Dracula adalah sosok manusia yang nyata. Vlad III atau Vlad Tepes nama aslinya, yang biasa dipanggil Vlad Dracula. Sebuah nama yang telah melumuri abad pertengahan dengan noda hitam. Vlad Dracula terkenal dengan kebiadabannya, kekejamannya yang khas dengan cara penyulaan.

Kekejaman Dracula menjadi sosok paling menakutkan di sekitar Rumania. Ia tidak segan membunuh siapa saja dengan cara-cara yang amat mengerikan.
 
Masa kecil dan remaja Dracula

Dracula lahir di Benteng Sighisoara, Transylvania, Rumania. Kemudian ia tinggal di Wallachia yang pemerintahannya dipimpin oleh Basarab (ayahnya). Selama tujuh tahun Basarab memerintah, kemudian pasukan Turki Ottoman menyerang Wallachia, Basarab hanya memilih sikap netral, oleh karena itu keluarga mereka diusir dari Wallachia dan tahtanya digantikan.
Ayahnya yang sering pergi untuk perang membuat Dracula hanya mengenal sosok ibu sehingga kehilangan figur ayah, pada akhirnya ia tumbuh sebagai pribadi yang tertutup. Ibunya memang memberikan kasih sayang, tapi Dracula tidak pernah mendapatkan jawaban tentang pembunuhan yang sering ia lihat, akhirnya ia pun mengambil kesimpulan sendiri bahwa membunuh orang merupakan suatu kebiasaan.

Satu tahun kemudian, Basarab berhasil merebut tahtanya kembali dengan bantuan kerajaan Turki Ottoman. Sebagai jaminan kesetiannya, ia mengirim Dracula yang berusia 11 tahun dan adiknya, Randu ke Turki. Perbedaan karakter antara ia dan adiknya membuat Dracula hidup sendiri di Turki.
Dracula tumbuh menjadi remaja yang pembangkang, keras, dan kejam. Ia sering mendapatkan hukuman. Ketika mendapatkan hukuman, ia tidak melawan tetapi memendam dendam yang sangat besar. Inilah yang membuatnya sangat benci terhadap orang-orang Turki. Kekejamannya ditunjukan dengan kebiasaanya yang sering menangkap tikus dan burung untuk ia tusuk dangan tombak-tombak kecil. Ia juga gemar melihat penjahat yang dihukum dengan dipancung.

Selama berada di Turki, Dracula memeluk agama Islam dan dimasukkan ke madrasah untuk belajar ilmu agama. Dracula pintar dalam berperang bahkan melebihi prajurit-prajurit Turki. Hal tersebut menarik perhatian Sultan Mehmed (Sultan di Turki). Sultan kemudian menikahkan Dracula dengan temannya. Dengan pernikahan ini Sultan berharap kelak Dracula menjadi panglima perang Turki Ottoman.

Semakin dewasa kegemaran Dracula menonton hukuman mati semakin menjadi-jadi. Kecanduannya terhadap jerit korban yang sekarat, darah yang muncrat menjadi hiburan baginya.
 
Kembali ke Wallachia

Wallachia telah jatuh dalam cengkraman kerajaan Hongaria. Kerajaan Turki Ottoman mengirim Dracula yang saat itu beruasia 17 tahun bersama pasukan  yang ditugaskan untuk merebut Wallachia. Dracula berhasil merebut kekuasaan Wallachia, tapi tidak berlangsung lama hanya dua bulan, lalu ia diusir. Kemudian untuk kedua kalinya ia berhasil menduduki Wallachia dengan menyusup masuk ke kota itu dan memenggal kepala rajanya.

Masa pemerintahan Dracula merupakan masa-masa yang paling mengerikan. Naluri kekejamannya benar-benar tersalurkan. Kurang setahun dari kekuasaanya, ia telah membunuh ribuan orang. Salah satunya, para tuan tanah sebagai penentu siapa yang berhak menjadi pangeran dan juga mengontrol perdagangan. Namun setelah Dracula berkuasa, tanah-tanah mereka dibagikan pada para petani.

Keputusan Dracula menimbulkan protes dari para tuan tanah. Dracula pun mengundang mereka makan malam di istana untuk berbicara. Setelah selesai, Dracula mempersilahkan mereka untuk pulang. Sesampainya di luar dinding istana, mereka dibantai semuanya dengan disula, korban ditusuk dari bagian dubur dengan tiang pancang. Setelah masuk kemudian sula tersebut dipancangkan sehingga tubuh korban akan turun sedikit demi sedikit hingga tembus sampai kepala. Itulah ciri khas penyiksaan yang dilakukan Dracula.

Dracula tidak segan membunuh lawan-lawan politiknya, ia juga membunuh masyarakat, perempuan dan anak-anak secara masal. Jika ia tidak suka dengan seseorang, dengan mudah ia memfitnah orang tersebut seperti difitnah mencuri ataupun berkhianat sebagai alasan untuk membunuhnya.
 
Pembantaian terhadap umat Islam

Sampai sekarang belum banyak yang mengungkap tentang pembantaian Dracula terhadap umat Islam. Sejarah pembantaian tersebut berusaha ditutup-tutupi dengan mitos tentang Dracula. Akibatnya banyak orang Islam yang tidak mengetahui kisah asli di baliknya.

Terjadinya pembantaian terhadap umat Islam dikarenakan Perang Salib dan rasa dendamnya terhadap Turki Ottoman yang merenggut kebahagiaan masa kecilnya, ia harus hidup di tempat asing yang jauh dari keluarganya. Perpisahan dengan ibunya sewaktu ia masih membutuhkan kasih sayang membuat Dracula tumbuh menjadi pribadi yang pendendam.

Dracula bersekutu dengan kerajaan Hongaria dalam Perang Salib. Ia pun menjadi musuh kerajaan Turki Ottoman. Dracula mulai meneror umat Islam di wilayah sekitarnya. Sekitar 300.000 umat Islam menjadi korban selama masa pemerintahannya. Mereka yang menjadi korban berasal dari kalangan petani, fakir miskin, tahanan, perempuan dan anak-anak.

Halaman:

Editor: Edy Susanto

Tags

Terkini

Terpopuler

X